Secara umum, ada 3 (tiga) bekal yang harus dimiliki seseorang untuk dapat menjadi seorang guru yang baik. Tiga bekal yang dimaksud di sini antara lain: (1) kreatifitas yang memadai sehingga gaya mengajarnya guru tersebut bervariasi, (2) kompetensi yang cukup, dan (3) memiliki sifat ikhlas dan mau mendoakan kesuksesan pada anak didiknya.
Seorang guru harus mempunyai jiwa kreatifitas tinggi, jiwa kreatifitas di sini akan mendorong untuk menemukan berbagai model pembelajaran baru yang cocok diterapkan di kelasnya. Dari jiwa inilah akan bisa menemukan berbagai macam problem solving yang berhubungan dengan permasalahan siswa-siswi ketika berada di sekolah, di kelas, maupun di luar sekolah. Kreatifitas ini akan membuat seorang guru mampu menemukan cara membuka kelas yang elegan, cara mengajar yang baik, cara memberikan tugas yang cantik namun tidak memberatkan, cara memberikan reinforcemen pada anak, cara memberikan hukuman yang bijak dan banyak lagi lainnya, membuat anak-anak aktif menyampaikan ide mereka dan cara memimpin diskusi di kelas, cara membuat dan melakukan assesmen yg praktis. Kreatifitas yang dimiliki oleh seorang guru akan membuat dia menjadi terlihat beda diantara guru yg lain, dan inilah yg akan membuat siswa-siswi selalu rindu untuk berjumpa dengan mata pelajarannya.
Seorang guru tidaklah harus seseorang yang mampu menguasai seluk beluk keilmuannya sampai detail, cerdas dan brillian. Untuk menjadi guru biologi. Dia tak harus mengetahui semua nama-nama latin tumbuhan yang ada di dunia. Demikian juga guru bahasa Inggris seseorang tidak harus mengetahui segala kosakata yang ada di kamus Oxford/bagian-bagian perhalaman yg ada di buku grammarnya Betty S. Azar. Andaikata ada orang yang dapat melakukan ini, ini merupakan nilai lebih yg patut disyukuri. Tetapi secara umum, menjadi guru tidaklah butuh hal yg terlalu menakjubkan seperti yg sudah disebutkan. Syarat tersebut cukup mudah. Ia harus mempunyai kompetensi yang cukup yang berhubungan dengan keilmuannya dan yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Andaikata seseorang sudah paham inti darikeilmuannya dan mampu menerapkan inti keilmuan tersebut untuk memecahkan banyak sekali soal yang berhubungan dengan keilmuannya, maka inipun sudah cukup. Apalagi orang tersebut juga paham dasar-dasar pendidikan, yakni tentang perangkat pengajaran seperti slabus dan rencana pengajaran, kurikulum, ataupun tentang Cooperative Learning hingga Quantum, metode pembelajaran seperti CTL, maka semua itu sangat menunjang.
Yang terakhir dari bekal yang harus dimiliki seorang guru ialah bersifat ikhlas. Sifat ikhlas inilah yg jarang dimiliki guru sekarang ini. Ketika paham kapitalisme laku keras, maka dunia pendidikan yang terkena imbasnya. Demikian juga seorang guru. Banyak sekali jiwa guru mulai terpengaruh paham ini sehinga niat mereka mengajar menjadi tidak tulus. Banyak diantara mereka merasa apa yg mereka sampaikan tidaklah setimpal dengan gaji yg mereka terima, akibatnya ketika mereka berada di kelas mereka tidak allout. Kadang mereka dalam menyampaikan materi tapi tak dengan sepenuhnya. Tujuannya ialah agar sebagian dari materi ini bisa mereka sampaikan di les. Dengan memberikan les, mereka akan dapat tambahan penghasilan. Perubahan paradigma ini jelas sangat meresahkan. Dengan adanya perubahan seperti ini, kualitas pembelajaran menjadi berkurang. Motivasi dan semangat di kelas juga melemah. Dan ini semua terjadi karena guru melupakan aspek yang sangat penting dalam hidup mereka yakni aspek ikhlas. Andaikata seorang guru ikhlas mengajar, maka keikhlasan ini akan memberikan semangat yg tanpa batas pada guru untuk berusaha keras membuat anak didik mereka paham akan materi yang telah disampaikan. Semangat keikhlasan ini akan mampu meluluhkan hati & jiwa keras siswa-siswi mereka. Apalagi jika ditambah dengan kemauan guru untuk mendoakan anak didik mereka untuk sukses, maka aspek spiritual ini menjadi penyempurna kelebihan dari guru. Guru akan terlihat berwibawa dan bercahaya.
0 Comments